Memulai Cerita di Sayung Demak
Hari ini adalah
hari kedua saya menginjakkan kaki di kecamatan Sayung Demak. Beberapa waktu
lalu saya dan lima orang teman datang ke sini untuk tujuan survei awal guna
melengkapi pembuatan proposal tesis. Kedatangan kami dahulu terasa begitu
menyenangkan dan penuh dengan cerita-cerita seru. Namun cerita itu tidak akan
saya uraikan lebih jauh, karena saya ingin bercerita tentang pengalaman hari
ini.
Pada hari kedua
ini, tak kalah menariknya dibandingkan dengan kedatangan pertama saya. Ada
beberapa hal yang menurut saya menarik untuk diceritakan. Oleh karenanya untuk
menghindari kebosanan anda, maka langsung saja check it’s out.
Pada keberangkatan
saya kali ini, saya ditemani hanya oleh seorang teman, namanya Fika. Ia adalah
gadis yang berkacamata, menggunakan kawat gigi dan bersuara besar, namun
semangat juangnya begitu tinggi, setauku itu. Berbeda dengan kedatangan saya
sebelumnya yang berangkat dengan lima orang teman menggunakan tiga sepeda
motor. Saat ini kami hanya berdua saja, namun sama menggunakan sepeda motor
juga. Saya sebagai pengemudi dalam perjalanan ini, tentunya saya tidak tega
melihat seorang Fika memboncengi saya, apa kata dunia kalau sampai dia jadi
rider di depan dan saya duduk manis dan kemayu di belakang, kan lucu.
Sebelum berangkat,
kami memastikan segala perlengkapan yang akan dibawa. Setelah dirasa cukup
lengkap, kami akhirnya berdoa. Start dari Solo menuju Sayung Demak sekitar
pukul 08.30 WIB, dan kami berusaha menikmati perjalanan pada pagi yang cerah
itu.
Ada hal menarik
sebelum kami sampai di Demak. Pertama, ketika memasuki daerah Ungaran, kami
nyaris menabrak bapak-bapak yang secara spontan berbelok di depan kami yang
datang dari arah berlawanan. Tanpa merasa berdosa ia melakukan kecerobohan itu,
kira-kira posisinya sekitar setengah meter di hadapan kami. Untung saja dengan
sigap saya mengerem dengan sekuat tenaga dan menahan keseimbangan. Para
pengendara motor di belakang kami yang ditelinga saya seperti suara ibu-ibu
sampai berteriak histeris melihat kejadian di depan mata kepalanya itu. Namun
untung saja Tuhan masih berpihak pada kami, dan itu tentu patut disyukuri
sabesar-besarnya.
Tak hanya itu,
ketika kami sampai di daerah Semarang, lebih tepatnya di kawasan terminal
Terboyo kami berdua benar-benar terjatuh dari atas motor. Namun lagi-lagi kami
mengucapkan syukur atas kejadian ini, kali ini juga kami terselamatkan.
Sebenarnya, penyebab kecelakaan itu adalah ulah ugal-ugalan salah seorang
pengendara motor yang juga terjatuh tepat di depan kami. Saya tak kuasa
menghindar dari orang itu, ia terpleset oleh pasir di atas aspal dengan kondisi
yang licin itu. Ramainya orang berlalu lalang, juga menjadi pemicu kecelakaan
itu. Tepatnya dapat dikatakan sebagai tabrakan beruntun, kami terjatuh tepat
setelah ia terjatuh terlebih dahulu. Untung saja, ia juga sepertinya tidak
mengalami luka yang cukup parah dan bisa melanjutkan perjalanannya. Begitu pula
dengan kami, hanya sedikit luka di tangan saya yang sedikit perih dan ditambah
dengan panas terik matahari yang menyengat kulit. Namun semuanya baik-baik
saja. Fika tidak apa-apa, namun roknya yang tepat di bagian lutut sedikit
sobek. Begitu pula dengan celana jeans yang saya kenakan, hanya sobek sedikit
saja, dan syukurnya kami dapat melanjutkan perjalanan dengan tenang.
Akhirnya kami
sampai di Sayung Demak pada pukul 12.05 WIB, tepat setelah adzan zuhur
berkumandang. Sesampai di sana, kami langsung menuju salah satu masjid yang
bernama Masjid Jami’ Purwosari Sayung. Di Masjid inilah kami melaksanakan
ibadah shalat Zuhur dan menunggu salah seorang teman. Ia adalah seorang warga
asli Sayung yang bernama Hanif. Ia anak muda yang baik dan cerdas, saat ini
menjadi relawan di PMI Demak.
Hanif kemudian
mengajak kami ke rumahnya dan memperkenalkan kami dengan orang tuanya yang juga
tak kalah baik dan ramahnya. Kami dipersilahkan duduk dan diperlakukan dengan
baik layaknya tuan rumah yang baik kepada tamu pada umumnya. Suguhan makanan
ringan dan minuman pun bermunculan di hadapan kami. Tak lupa kami juga
memberikan bingkisan sebagai bentuk oleh-oleh kepada keluarga ini. Mereka
begitu terbuka dan menyambut kedatangan kami dengan baik, semoga saja Allah
membalas semua kebaikannya.
Beberapa menit
ngobrol dan beramah tamah, Hanif mengajak kami ke rumah salah seorang
keluarganya yang katanya sebagai pemilik dari rumah kosong yang akan kami
tempati. Sesampai di sana kami bertemu dan berbicara mengenai niat kami untuk
menempati rumahnya untuk sementara waktu, sampai kegiatan penelitian kami
berakhir nantinya. Bapak itu pun berbicara banyak hal tentang rumahnya itu.
Yang tak lupa pula harus disyukuri juga, kami tidak dibebankan untuk membayar
biaya menginap, melainkan hanya membayar tagihan listrik dan air yang kami
gunakan di rumahnya itu, Alhamdulillah.
Setelah pembicaraan
usai, kami kemudian pamit dan ia memberikan kunci rumah itu kepada kami.
Langsung saja, kami seperti bakti sosial membersihkan tempat baru kami ini.
Rumah ini dapat dikatakan cukup megah untuk ukuran rata-rata rumah di desa ini.
Maklum, pemiliknya adalah salah seorang pengusaha tahu tempe yang sukses.
Rencananya rumah ini didirikan untuk putranya yang akan menikah nantinya
sekitar enam bulan mendatang, namun saat ini putranya itu masih menunggu calon
istrinya yang masih kuliah di salah satu perguruan tinggi di Semarang sana.
Kondisi rumah ini cukup baik, dan menurut Hanif rumah ini baru jadi dibuat
sebelum puasa lalu.
Akhirnya semuanya
beres, mulai dari teras depan dalam, kamar tidur, kamar mandi, halaman depan
juga bersih dari sampah yang sebelumnya berserakan dan tak terawat dengan baik.
Kami akhirnya dapat beristirahat malam ini dengan tenang. Ke depannya disinilah
kami akan banyak berdiskusi tentang segala hal yang terkait dengan penelitian
kami. Tentu saja juga sebagai tempat melepas lelah ketika seharian berjibaku
dengan seabrek kegiatan kami dalam mengais data penelitian. Saya, Fika dan
Hanif pada akhirnya menjadi penghuni baru di rumah ini.
Besok pagi, tepatnya
hari Minggu 15 September 2013, rombongan dosen dan beberapa teman akan
berkunjung ke sini (Sayung) dalam rangka penelitian itu juga, mengingat ini
adalah penelitian kami ini baigian dari dosen kami itu. Semoga saja
cerita-cerita ke depannya bisa lebih menarik dan dapat diambil hikmah dan dapat
dipetik pelajaran darinya. Harapan tidak boleh padam. Tentu saja saya terus
berharap agar semuanya berjalan dengan baik. Hanya usaha dan doa yang kami
lakukan, selebihnya hanya Allah lah maha menentukan.
Sayung Demak, 14
September 2013
--Hasrul Hadi--
Komentar
Posting Komentar